BengkelIn — Sebuah Case Study UI/UX.

Davidwiso
6 min readNov 9, 2020

--

Perancangan aplikasi untuk memudahkan pengendara dalam memilih bengkel kendaraan yang tepat.

Latar Belakang

Case study ini bermula dari kekhawatiran pribadi saya yang tidak terlalu paham mengenai kendaraan yang saya gunakan untuk mobilitas sehari hari, motor. Selama ini, saya pribadi ada keraguan tersendiri untuk memasukan motor / kendaraan pribadi saya ke suatu bengkel. Keraguan dari sisi kualitas, harga, dan pengerjaan menjadi alasan utama saya enggan ke bengkel yang tidak highly recommend atau bersifat langganan.

Kemudian saya mulai berpikir, apakah asumsi saya ini hanya pada saya, atau beberapa orang juga berpikiran yang sama seperti saya?

Goals

Tujuan dari dibuatnya case study ini antara lain:

  1. Membantu pengendara mobil/motor dalam memilih bengkel terbaik.
  2. Memberikan kemudahan untuk pengendara dalam mengakses informasi suatu bengkel dalam suatu platform.

Framework

Untuk mencapai tujuan tersebut, saya melakukan beberapa tahap dalam metode Design Thinking dalam case study yang akan saya jabarkan per tahap.

Tahap Pertama — Research

Pada tahap awal, saya melakukan riset melalui metode In-depth User Interview kepada 5 orang responden yang memiliki kriteria demografi : menggunakan mobil/motor sehari-hari, bekerja, umur 24–27 tahun.

Pertanyaan yang saya tanyakan kepada kelima responden tersebut antara lain:

  1. Apakah anda pernah mengalami kesulitan untuk mencari bengkel untuk motor/mobil anda?
  2. Apakah anda pernah mengalami kesulitan untuk mencari bengkel yang berkualitas untuk motor/mobil anda?
  3. Apakah anda mempunyai bengkel langganan?
  4. Apakah anda pernah memasukan kendaraan anda di bengkel yang bukan langganan anda?
  5. Apakah anda pernah mengalami kejadian darurat seperti motor/mobil anda mogok/tidak bisa jalan ditengah perjalanan anda?

Pertanyan diatas adalah pertanyaan dasar yang saya tanyakan ke tiap responden. Banyak pertanyaan turunan yang saya ajukan untuk menggali lebih dalam kondisi masing masing responden diluar pertanyaan diatas.

Tujuan dari pertanyaan dasar yang saya ajukan adalah untuk mengetahui pandangan dan behaviour tentang bengkel kendaraan berdasarkan pengalaman yang mereka alami.

Tahap Kedua — Define

Key Finding

Dari hasil wawancara dengan kelima responden tersebut, terdapat beberapa temuan yang dapat menjadi acuan untuk merancang sebuah solusi untuk memudahkan pengendara mencari bengkel. Hasil temuan tersebut saya tulis dengan sticky notes dan saya kelompokan secara sederhana menjadi affinity map seperti dibawah ini.

Affinity Map dari hasil wawancara

Berdasarkan map diatas, Saya merangkum beberapa pain point atau kesulitan yang user hadapi antara lain:

  1. Dalam situasi urgent, pengendara bingung berbuat apa sehingga bertanya kepada orang untuk mengetahui bengkel terdekat, termasuk jasa towing untuk mobil/motor yang tidak bisa jalan.
  2. Minimnya informasi, mengakibatkan pengendara terkena “tembak” harga diluar range harga sewajarnya pada bengkel tertentu.
  3. Minimnya informasi untuk pengendara tentang spesialisasi bengkel tersebut.
  4. Apabila kurang uang cash, pengendara harus ke atm terlebih dahulu setelah kendaraan mereka selesai diperbaiki, karena pengendara hanya mengira-ngira ongkos dan harga perbaikan.

berdasarkan pain point yang saya jabarkan diatas, Problem Statement yang saya tarik dari hasil analisa wawancara saya adalah :

“Pengendara butuh informasi yang komprehensif mengenai bengkel mobil/motor baik dalam keadaan urgent, maupun tidak agar masalah kendaraan mereka dapat teratasi”.

Persona

Setelah menyimpulkan problem statement dan mengetahui pain point dari hasil wawancara saya dengan pengendara, pada tahap ini, saya membuat user persona sebagai gambaran pengguna. Berdasarkan Research yang saya lakukan kepada 5 responden yang saya jelaskan di atas, saya membuat 2 persona untuk studi kasus ini :

  1. Pekerja/Karyawan
    Rentang umur berkisar 23–30 tahunan, bekerja dengan mobilitas minimal dari rumah ke kantor, tech savvy, menggunakan mobil/motor sebagai transportasi utamanya dan tingkat pemahaman terhadap kendaraan seadanya. Goals dari pekerja tersebut adalah menginginkan kendaraan nya awet, terawat serta dapat cepat menemukan solusi apabila terjadi kerusakan mendadak terhadap kendaraan mereka.
  2. Pengemudi Taksi Online
    Rentang umur berkisar 27–30an akhir, mobilitas sangat tinggi dan tidak terpatok waktu, cukup terbiasa dengan aplikasi pada handphone, kemungkinan besar berada di wilayah yang tidak mereka ketahui, tingkat pengetahuan tentang kendaraan mereka cukup baik sampai saat baik. Goals dari pengemudi tersebut kurang lebih agar mereka dapat menemukan bengkel yang mumpuni bagi kendaraan mereka di saat mereka tidak di wilayah yang familiar.

Tahap ketiga — Ideation

Setelah merangkum problem statement berdasarkan pain point pengendara yang saya jabarkan diatas, di tahap ini saya melakukan framing terhadap problem statement yang ada dengan metode “How might we...” (bagaimana kita bisa...)

Problem statement : “Pengendara butuh informasi yang komprehensif mengenai bengkel mobil/motor baik dalam keadaan urgent, maupun tidak agar masalah kendaraan mereka dapat teratasi”.

Framing problem statement : Bagaimana kita bisa membantu pengendara yang membutuhkan informasi bengkel yang sesuai untuk kerusakan/kebutuhan kendaraan mereka?

Setelah melakukan framing terhadap problem statement seperti diatas, ide yang saya coba suguhkan sebagai solusi adalah sebuah platform berbasis aplikasi untuk memudahkan pengendara mencari bengkel disertai dengan informasi yang mereka butuhkan.

Kebutuhan User

Berdasarkan garis besar yang saya jabarkan diatas, dan merujuk kepada pain point dari pengendara, langkah selanjutnya saya membuat daftar kebutuhan utama pengendara yang akan menjadi fitur pada platform aplikasi yang akan di design. Kebutuhan tersebut antara lain :

  1. Pengendara dapat mengetahui dan menentukan bengkel/jasa towing saat kondisi urgent berdasarkan review atau jarak terdekat.
  2. Pengendara dapat mengetahui harga jasa/barang yang bersifat umum pada suatu bengkel.
  3. Pengendara dapat mencari bengkel dengan spesialisasi tertentu.
  4. Info tentang metode pembayaran suatu bengkel (cashless/tunai).

Selain kebutuhan utama diatas, saya juga menambahkan 2 ide fitur tambahan untuk platform aplikasi tersebut, antara lain :

  1. Hubungi/chat bengkel via aplikasi tanpa harus save nomer bengkel.
  2. Buat janji dengan bengkel pilihan.

User Journey

Setelah membuat list yang dibutuhkan oleh para pengendara, saya membuat user journey dari tahap resgistrasi sampai kepada fitur utama dari app BengkelIn ini. Berikut adalah user journey yang saya buat.

Registrasi

Journey pada tahap registrasi.

Pada tahap ini, metode untuk registrasi yang dapat digunakan adalah registrasi dengan menggunakan nomor hp, ataupun dengan alamat Google

Mencari Bengkel

Journey mencari bengkel pada aplikasi BengkelIn

Tujuan dibuatnya alur seperti ini untuk memudahkan pengendara untuk mengetahui bengkel terdekat saat urgent. Namun, alur ini berlaku juga untuk kondisi tidak urgent.

Mencari Jasa Towing

Journey mencari jasa towing pada aplikasi BengkelIn

Tujuan dibuatnya alur journey seperti ini agar memudahkan pengendara mencari jasa towing disaat keadaan urgent.

Buat Janji dengan Bengkel

Journey buat janji dengan bengkel pada aplikasi BengkelIn

Tujuan dibuatnya flow seperti ini adalah memberikan kesempatan pada pengendara untuk mengeksplor lebih jauh tentang info suatu bengkel dan fitur pada aplikasi BengkelIn. Fitur ini dibuat untuk memudahkan pengendara untuk membuat janji kepada bengkel untuk melakukan reparasi/servis dengan jam dan hari yang diinginkan oleh pengendara dan juga meminimalisir kemungkinan mengantre pada saat di lokasi.

Tahap Keempat — Prototype

Low Fidelity Wireframe
Setelah mengetahui fitur apa saja yang akan dibuat pada app bengkelin serta flow penggunaan fitur, pada tahap ini, saya merancang pembuatan low fidelity wireframe untuk app bengkelin ke beberapa bagian, seperti:

Onbarding, Login Screen, dan Izin Penggunan Lokasi

wireframe untuk onboarding, login, verifikasi, dan izin penggunaan lokasi.

Home Screen dan Fitur Lainnya

Wireframe untuk Home, profil bengkel, buat janji, review, dan telefon bengkel

High Fidelity Wireframe
Setelah wireframe dibuat, langkah selajutnya yang saya lakukan adalah membuat High fidelity Wireframe berdasarkan low fidelity wireframe yang sudah saya tunjukan di atas.

Onboarding dan login screen

High fidelity wireframe untuk onboarding, login, dan verifikasi.

Home screen dan profil bengkel

High fidelity wireframe untuk izin penggunaan lokasi, homescreen, dan detail profil bengkel

Profil bengkel dan fitur lainnya

High fidelity wireframe untuk profil bengkel, Fitur buat janji, telefon bengkel, dan review bengkel.

Penutup

Demikian penjelasan proses studi kasus pertama saya yang saya buat sebagai project personal saya. Tujuan dari dibuatnya studi kasus ini adalah untuk mengasah kemampuan design thingking yang saya pelajari, agar bisa tertuang dalam suatu karya. Karena terbatasnya waktu dan hal lain, saya harap kedepannya dapat memberikan studi kasus yang lebih komprehensif dan dengan prototype yang dapat memuat fullpage dari suatu aplikasi. Harapan saya juga, semoga pembaca dapat menikmati dan mengkritik karya yang saya buat. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih.

--

--

Davidwiso
Davidwiso

No responses yet